Senin, 25 April 2011

pendidikan yang bernilai

Pendidikan merupakan upaya yang dimiliki orang dewasa , bertujuan untuk mewujudkan peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan . Baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan nasional telah berupaya menjawab dan mengendalikan .
Sistem pendidikan nasional tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945 .yaitu , Pemerintah Negara Indonesia merlindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 
Para ahli psikoanalisis berpendapat bahwa segala pengalaman di masa kanak-kanak akan menentukan perkembangan karakter mereka. Jadi, ketika seorang mengalami masalah kejiwaan, cara membimbingnya ialah dengan menyelidiki pengalaman di masa kanak-kanaknya. Jikalau anak- anak memperoleh pendidikan yang tepat dan dibina dalam suatu konsep nilai yang tepat, pengaruh yang baik ini akan terus berlanjut hingga dewasa.
Dalam ilmu jiwa behaviorisme (behavior psychology) ditegaskan betapa pentingnya peran lingkungan. John B. Watson berpendapat, "Berikan kepada saya dua belas anak yang sehat, mereka akan saya didik sesuai dengan keinginan saya, dan saya yakin dapat membentuk mereka dan menjadikan mereka seorang dokter, ahli hukum, seniman, pedagang, pemimpin. Sekalipun mereka adalah pengemis dan pencuri, tanpa menghiraukan apa dan bagaimana bakat mereka, serta hobi, sifat, kekuatan, jabatan, dan kebangsaan dari nenek moyang mereka."

Minggu, 24 April 2011

pendidikan yang sangat bermutu

Informatif dan selalu mencari Informasi adalah salah satu sifat penting dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil.Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para pencari tenaga kerja.
Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja "mengabaikan" bidang studi lulusan sarjana Dalam sebuah wawancara, seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan, kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarnaja dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai. Kepala HRD itu mengatakan, "Saya pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang IPK-nya sangat bagus."
Untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja adalah perlu.

Jumat, 22 April 2011

Potret Buram Pendidikan di Indonesia Masa Kini


Ada sebuah kutipan yang cocok untuk dunia pendidikan saat ini, "Yang kaya, makin pintar. Yang miskin, sulit jadi pintar". Dari kutipan itu, kita dapat gambaran yang singkat dan jelas tentang pendidikan di Indonesia saat ini yang semakin menurun. Kenapa? jawabannya yang pasti karena pendidikan sekarang yang makin mahal, salah satu contohnya untuk masuk ke sekolah negeri, kita harus mengeluarkan uang jutaan rupiah hingga puluhan juta rupiah. Dengan kondisi seperti itu, sudah jelas bahwa dunia pendidikan hanya bagi orang yang mampu dan memiliki kondisi finansial yang bagus. Bagi rakyat miskin hanya bisa gigit jari dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut.

Kemudian, apakah permasalahan pendidikan hanya cukup di situ saja? sepertinya tidak!. Walaupun rakyat yang mampu sudah membayar dengan harga yang cukup fantastis hanya untuk sekolah, namun fasilitas yang ada di sekolah tidak sesuai dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Jangankan mengharapkan fasilitas yang mewah, untuk fasilitas kamar mandi, laboratorium dan ruang komputer saja, kita sebagai siswa hanya bisa geleng-geleng kepala terhadap fasilitas tersebut. Kalau kondisinya seperti itu, masih banyak hal yang perlu dipertanyakan, "kemana uang jutaan rupiah yang sudah dibayarkan itu?..."

Setelah kita bicara banyak tentang potret pendidikan di atas, ayo kita lihat pendidikan yang ada di pedesaan-pedesaan di Indonesia. Kalau ada film yang berjudul "Ada apa dengan cinta", sepertinya kita juga harus buat film baru yang judulnya "ada apa dengan pendidikan di pedesaan". Desa tetaplah desa, suatu wilayah yang jauh dari kecanggihan teknologi dan modernisasi, termasuk juga dengan pendidikan. Layaknya di desa, kenyamanan pendidikan di sini hanya bagaikan suatu mimpi. Suasana belajar yang ada, hanya terlihat kurangnya fasilitas yang didapatkan. Jauh dengan kehidupan kota membuat pendidikan di pedesaan lebih menerima apa adanya tanpa ada suatu upaya untuk memperbaikinya. Disaat satu sekolah ramai-ramai menggunakan slogan berbasis IT, sekolah dipedesaan merasakan hal yang jauh berbeda dengan kehidupan dunia pendidikan di perkotaan. Jangan kan menggunakan fasilitas IT, sistem pembelajaran pun masih kontemprer yaitu teacher center. Padahal orientasi pembelajaran diperkotaan sudah berubah menjadi Student Center.


Di saat menteri pendidikan sedang menggalakkan peningkatan pendidikan di Indonesia, sebaiknya terlebih dahulu menengok kembali bagaimana kondisi atau kenyataan yang terjadi pada dunia pendidikan kita saat ini sehingga peningkatan dan pemerataan pendidikan bisa merata di semua daerah. Alangkah baiknya jika pemerintah menghargai pentingnya pendidikan, karena maju atau tidaknya suatu negara tergantung pada tingkat pendidikan masyarakatnya.... 



picture credit by :  '' http://sherlyhans.files.wordpress.com ''
articel created by : Ria Arianti

Kamis, 21 April 2011

SPIRIT HARDIKNAS 2011

Bila kita mengengok sejarah tentang hardiknas , seseorang yang paling kita ingat adalah Raden Mas Soewardi atau yang biasa kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara . Beliau merupakan bapak pendidikan Nasional Bangsa Indonesia. Karena pemikirannyalah , bangsa Indonesia memiliki warisan pemikiran dasar pendidikan untuk memajukkan bangsa tanpa membedakkan agama , suku , budaya , dan status sosial . berbagai masalah selalu mengancam dunia pendidikan . Mulai dari lembaga persekolahan yang menjadi tumpuan untuk mendidik individu-individu berkualitas . Berkat jasa beliaulah, sampai saat ini kita dapat menikmati kebebasan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-t ingginya.
Tapi bila kita kembali mengamati fenomena pendidikan yang ada dan membandingkan pendidikan kita dengan Negara lain. Apakah pendidikan di Indonesia saat ini masih terguyur spirit ki hajar dewantara? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus memperhatikan satu persatu apa yang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini.
Saat kita mencermati kehidupan pendidikan di pedesaan, wajah yang terlihat pastinya hanya sebuah sekolah dengan gedung yang sangat rapuh, atap yang bocor di mana-mana, jendela dan papan juga yang tidak terlihat perbedaannya, mana yang jendela dan mana yang papan untuk dinding sekolah. Teringat cuplikan film laskar pelangi, penggambaran sebuah sekolah di Bangka Belitung yang sangat memprihatinkan. Di dalam film tersebut merupakan salah satu contoh nyata yang menjadi saksi bahwa pendidikan di Indonesia benar-benar menyedihkan. Tidak terkecuali juga dengan budaya dan spirit belajar masyarakat di pedesaan yang kental dengan pendidikan yang tertinggal. Kemiskinan hanya membuat spirit belajar anak-anak di pedesaan tersebut menurun dan hanya bisa menerima nasib mereka bahwa mereka hanya anak desa yang tidak perlu bermimpi menjadi sang jenius.
Selain berbicara mengenai spirit belajar di pedesaan, sebaiknya kita juga harus melihat bagaimana spirit pendidikan generasi bangsa di perkotaan. Karena teknologi semakin maju jadi pelajar jadi malas belajar , dan mereka akan mencotek pada saat ulangan . Apalagi pada saat UN , karena mereka diberikan kunci jawaban lalu mereka jadi malas belajar . Kemudian, budaya hedonis yang mengakar pada anak-anak di perkotaan menjadi pemicu yang paling ampuh untuk meruntuhkan spirit belajar generasi muda saat ini. Faktor pergaulan, teknologi informasi maupun keluarga menjadi faktor pendukung penurunan spirit tersebut. Sampai saat ini spirit hardiknas yang telah diimpikan ki hajar dewantara sejak dulu masih akan dipertanyakan terus-menerus hingga generasi muda saat ini sadar bahwa mereka adalah penerus bangsa yang menentukan nasib Indonesia yang kita cintai ini.
Bila kita bertanya dalam hati, bisakah kita mempunyai komitmen dan tekad untuk belajar ? setidaknya , untuk memperoleh komitmen dan tekad guna memajukan dunia pendidikan bangsa ini . Mungkin, dari kita memiliki jawaban yang berbeda untuk pertanyaan itu. Saat ini yang kita butuhkan adalah kita harus berani untuk belajar dari Negara mana pun yang kita mau, misalnya dari Negara jepang. Spirit Bushido yang dialirkan di setiap masyarakat Jepang harusnya bisa dicontoh oleh masyarakat di Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya sudah menanamkan spirit hardiknas untuk memajukan dunia pendidikan kita . Ki Hajar Dewantara memimpikan keberhasilan pendidikan di Indonesia sejak dulu hingga saat ini dan kedepannya. Namun, sebagai bangsa Indonesia dan generasi penerus, hanya kita yang dapat menentukan apakah spirit hardiknas itu akan terus menjadi mimpi ataukan menjadi kenyataan?. Semoga Ki Hajar Dewantara suatu saat nanti bisa tersenyum melihat spiritnya yang mengalir di setiap generasi muda seperti kita.


Created by : Ria Arianti